Jumat, 17 Juni 2011

SCM?? Apa itu??

Beberapa hari yang lalu, saya mendengar sebuah presentasi mengenai Supply Chain Management (SCM). Awalnya saya sama sekali tidak mengerti tentang Supply Chain Management. Waktu itu dalam pikiran saya, jika dilihat dari namanya, SCM pasti berkaitan dengan kegiatan mengatur suatu persediaan barang. Namun, mengatur yang bagaimana dan seperti apa, saya tidak tahu.

Melalui presentasi tersebut, akhirnya saya tahu bahwa Supply Chain Management merupakan sebuah manajemen strategi yang melibatkan pembelian dan pengolahan bahan baku hingga selesai dan menjadi sebuah produk yang siap dikirim kepada pembeli. Proses tersebut berlangsung sebagai suatu siklus dimana arus material dan informasi menuju ke supplier management dan mengalami konversi dan berlanjut ke stock deployment dan dikirim ke customer management untuk kemudian dilanjutkan ke supplier management. Kegiatan SCM berkaitan dengan proses mengubah bahan baku menjadi suatu barang jadi, dalam hal ini tentu ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya material, biaya transportasi (yaitu transportasi untuk mengirim barang dari penyedia bahan baku menuju pabrik, dari pabrik menuju gudang dan pusat distribusi, serta dari gudang dan pusat distribusi menuju pembeli), biaya pabrik dan biaya biaya inventaris.

Sistem SCM dimulai dengan informasi mengenai inventaris yang tersedia, kapan pesanan material akan tiba, dan kapan material kemungkinan akan dibutuhkan dalam jadwal perusahaan atau perkiraan penjualan. Informasi tersebut dibutuhkan untuk memutuskan material yang dibutuhkan pada waktu ke depan, mengatur pesanan baru, mengirim pesanan kepada suppliers, dan memeriksa material yang dipesan benar-benar tiba.

Fokus dari SCM adalah rencana (plan), sumber (source), membuat (make), mengirim (delivery), dan membeli (buy). Untuk membuat SCM berjalan dengan efisien, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah supplier, pabrik, gudang, dan pusat distribusi. Apabila hal-hal tersebut berada pada kondisi yang tepat dan sesuai, barang yang diproduksi dan yang akan didistribusikan akan berada pada jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, dan pada waktu yang tepat. Melalui SCM, diharapkan perusahaan dapat meminimalisasi biaya agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan agar pelanggan memperoleh kepuasan.

Rabu, 08 Juni 2011

Pentingnya Home Delivery bagi e-Retail

Beberapa waktu yang lalu saya iseng-iseng membaca sebuah makalah tentang e-commerce untuk mencari referensi tugas kuliah saya.
Makalah itu membahas tentang pentingnya home delivery sebagai suatu layanan sekaligus alat strategi marketing e-retail. Isinya berupa survei yang dilakukan oleh suatu badan perdagangan e-retail di Inggris (IMRG) untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap e-retail. Hasilnya,  sebagian besar koresponden menganggap bahwa pengalaman mereka terhadap pengiriman pesanan dan juga jasa pengiriman yang ditawarkan oleh suatu e-retail dapat memengaruhi keputusan mereka untuk membeli suatu barang. Apabila mereka merasa puas terhadap pengiriman pesanan mereka, maka kemungkinan besar mereka akan kembali membeli barang pada e-retail tersebut.
Alasan utama konsumen tidak mau membeli suatu barang ternyata juga berkaitan dengan  masalah pengiriman yaitu khawatir mengalami kegagalan pengiriman dan karena adanya biaya tambahan yang harus ditanggung oleh konsumen.
Melalui survei tersebut diketahui pula bahwa informasi mengenai layanan pengiriman yang disediakan oleh suatu e-retail sangatlah penting bagi konsumen. Hal ini telihat dari hasil survei yang menunjukkan bahwa lebih dari 80% konsumen mencari nformasi sebelum mereka check out. Menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh konsumen merupakan tugas pemasar. Menyajikan informasi juga berkaitan dengan membangun hubungan dengan konsumen. Jika pemasar gagal dalam menampilkan informasi yang dibutuhkan, maka konsumen akan meninggalkan suatu e-retail karena mereka kurang percaya dan yakin terhadap pelayanan yang akan diberikan oleh e-retail tersebut. Namun, jika pemasar dapat menampilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen maka mereka akan mendapatkan kepercayaan konsumen. Konsumen akan kembali berbelanja pada suatu e-retail jika mereka mendapatkan hal yang mereka harapkan.